Kita telah memahami bahwa doa malaikat adalah doa mustajab.
Disamping karena mereka makhluk yang
dekat dengan Allah, doa yang dipanjatkan para malaikat semuanya atas perintah dari Allah. Karena malaikat tidak pernah mendahului apa yang Allah perintahkan, sehingga mereka tidak akan melakukan sesuatu, kecuali setelah mendapat perintah dari Allah. Allah ceritakan sifat mereka dalam Al-Quran,
dekat dengan Allah, doa yang dipanjatkan para malaikat semuanya atas perintah dari Allah. Karena malaikat tidak pernah mendahului apa yang Allah perintahkan, sehingga mereka tidak akan melakukan sesuatu, kecuali setelah mendapat perintah dari Allah. Allah ceritakan sifat mereka dalam Al-Quran,
“Mereka (orang kafir) berkata: “Ar-Rahman telah mengambil
(mempunyai) anak”, Maha suci Allah. sebenarnya malaikat-malaikat itu, adalah
hamba-hamba yang dimuliakan, ( ) mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan
dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya..” (QS. Al-Anbiyaa’: 26 – 27)
Disamping doa baik, para malaikat juga mendoakan keburukan sebagai hukuman untuk para hamba Allah yang melanggar aturan-Nya.
Laknat Malaikat, Ciri Dosa Besar
Salah satu kaidah yang ditetapkan para ulama, bahwa diantara
ciri perbuatan maksiat statusnya dosa besar adalah adanya ancaman laknat,
termasuk laknat dari Malaikat.
Dalam Umdatul Qori dinyatakan,
“Ada ulama yang mengatakan bahwa dosa besar adalah semua
tindakan maksiat. Ada juga yang mengatakan, dosa besar adalah semua dosa yang
diancam dengan neraka, laknat, murka, atau siksa.” (Umdatul Qori, 4/485)
Hal yang sama juga disampaikan Dr. Sholeh Al-fauzan,
beliau menegaskan,
Laknat hanya diberikan untuk perbuatan yang haram dan
berat tingkat keharamannya. Bahkan termasuk dosa besar. Karena diantara batasan
dosa besar adalah adanya ancaman laknat, murka, neraka, ancaman, atau hukuman
di dunia. (Al-Muntaqa min Fatawa Al-Fauzan, 16/44)
10 Manusia yang Dilaknat Malaikat
Berikut 10 jenis manusia yang dilaknat Malaikat, semoga kita
tidak termasuk salah satu diantaranya,
Pertama, orang yang mati kafir
Semua orang yang mati kafir, baik kafir asli maupun kafir
pindahan, alias murtad, keluar dari agama islam. Termasuk orang yang melakukan
perbuatan pembatal islam, seperti tidak pernah shalat, sekalipun dia mengaku
muslim.
Allah berfirman, yang artinya,
“Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam
Keadaan kafir, mereka itu mendapat la’nat Allah, Para Malaikat dan manusia
seluruhnya. ( ) mereka kekal di dalam la’nat itu; tidak akan diringankan siksa
dari mereka dan tidak (pula) mereka diberi tangguh.” (QS. Al-Baqarah: 161 – 162).
Disebutkan pula dalam hadis yang menceritakan tentang perjalanan ruh setelah kematian.
Ketika malaikat pencabut nyawa berada di dekat orang kafir yang akan meninggal
dunia, dia memanggil ruhnya, “Wahai jiwa yang buruk, keluarlah menuju laknat
Allah dan murka-Nya.” Ruh itupun berlarian di jasadnya, kemudian Malaikat
mencabutnya dengan paksa sebagaimana orang menarik gancu yang memiliki banyak
cabang runcing di kain wol yang basah. Sehingga terputus urat darah dan ruas
tulangnya. Kemudian seluruh Malaikat yang ada di antara langit dan bumi
melaknatnya, demikian pula seluruh malaikat yang berada di atas langit, dan
semua pintu langit ditutup untuknya… (HR. Ahmad 18614 dan dishahihkan Al-Albani
dalam Ahkam Al-Janaiz).
Perbanyaklah memohon kepada Allah agar diberi kekuatan
istiqamah, sehingga kita bisa meninggal di atas islam dan sunah.
Kedua, orang yang murtad
Allah tegaskan bahwa orang yang murtad, dia mendapat laknat
Allah dan para malaikat-Nya. Allah berfirman, yang artinya,
Bagaimana Allah akan memberi petunjuk orang yang kafir
sesudah mereka beriman, serta mereka telah mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad)
benar-benar rasul, dan keterangan-keteranganpun telah datang kepada mereka?
Allah tidak menunjuki orang-orang yang zalim. Mereka itu, balasannya adalah
laknat Allah ditimpakan kepada mereka, (demikian pula) laknat Para Malaikat dan
manusia seluruhnya. (QS. Ali Imran: 86 – 87)
Diriwayatkan oleh Ikrimah dari Ibnu Abbas radhiyallahu
‘anhuma, ayat ini turun berkenaan dengan orang anshar yang murtad kemudian dia
bergabung dengan kaum musyrikin. Kemudian dia kembali dan bertaubat, lalu Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menerimanya dan tidak membunuhnya. Mujahid dan As-Sudi
mengatakan, nama orang anshar itu adalah Al-Harits bin Suwaid. (Zadul Masir,
1/301)
Ketiga, menghina dan mencela sahabat
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallambersabda, “Siapa yang mencela sahabatku, maka dia akan
mendapat laknat Allah, para malaikat, dan semua manusia.” (HR. Thabrani dalam Mu’jam Al-Kabir
12541, dan dinilai hasan dalam As-Shahihah no. 2340).
Mencela sahabat statusnya berbeda dengan mencela kaum
muslimin lainnya. Mencela sahabat nilainya dosa sangat besar. Merekalah murid
Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam dan generasi paling berjasa bagi
umat islam. Melalui perjuangan mereka, kita bisa mengenal dan merasakan
indahnya islam.
Mencela sahabat, sejatinya merupakan sikap pengingkaran
terhadap firman Allah yang memuji mereka. Allah tegaskan dalam Al-Quran bahwa
Dia telah meridhai kaum Muhajirin dan Anshar. Allah berfirman, yang artinya,
“As-Sabiqun Awwalun (orang-orang yang
terdahulu masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha
kepada-Nya dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai
…. (QS. At-Taubah: 100)
Mereka yang mencela Utsman atau Muawiyah, sejatinya telah
mengingkari ayat ini. Mereka mencela, padahal Allah telah meridhai mereka.
Ibnul Mubarok (gurunya Imam Bukhari) pernah ditanya: ‘Siapakah
yang lebih baik, Muawiyah ataukah Umar bin Abdul Aziz?’ Jawab Ibnul
Mubarok:
‘Demi Allah, debu yang masuk di hidung Muawiyah ketika
bersama Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam, lebih baik dari pada 1000 Umar
bin Abdul Aziz. Muawiyah shalat di belakang Nabi, ketika beliau membaca:
Sami’allahu liman hamidah, Muawiyah mengucapkan: Rabbana wa lakal hamdu.
Kira-kira, apa yang terjadi selanjutnya?’ (Wafayat Al-A’yan, Ibn Khalaqan, 3/33).
Muawiyah radhiyallahu ‘anhu seorang
sahabat, sementara Umar bin Abdul Aziz seorang tabiin, dan tidak bisa
dibandingkan.
Jika mencela sahabat dilaknat oleh Allah dan para
malaikatnya, bagaimana dengan kelompok yang mengkafirkan sahabat? Laknat Allah
bagi orang syiah yang mengkafirkan sahabat.
Keempat, menghalangi terlaksananya hukuman bagi pelaku kejahatan
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallambersabda,
“Siapa yang membunuh dengan sengaja maka dia berhak
diqishah (balas bunuh). Dan siapa yang menghalangi antara keluarga korban
dengan pelaku untuk melakukan qishas maka dia mendapat laknat Allah, para
malaikat, dan semua manusia. Tidak akan diterima darinya amalan wajib maupun
amal sunahnya.” (Shahih,
riwayat Nasai 4790 dan Ibn Majah 2635).
Beberapa praktek di pengadilan, sebagian orang menghalangi
terwujudkan hukuman bagi pelaku tindak kriminal, baik dengan sogok atau karena
kedudukan. Contoh konkrit yang banyak kita jumpai, beberapa aparat hukum yang
melakukan tindak kriminal, lebih sulit dijerat hukum dari pada rakyat jelata.
Mereka dilaknat karena mereka penghianat umat. Allahu a’lam.
Kelima, tidak menghargai jaminan keamanan yang
diberikan oleh seorang muslim
Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jaminan
kaum muslimin itu satu. Siapa yang mengganggu jaminan keamanan kaum mukminin
maka untuknya laknat Allah, para malaikat dan seluruh umat manusia.” (HR.
Bukhari 1870).
Orang kafir yang masuk ke negeri muslim, mereka telah
mendapatkan izin dari pemerintah muslim. Izin ini tidak lain adalah jaminan
keamanan. Karena itu, siapapun tidak boleh mengganggu mereka yang telah
mendapatkan izin, tanpa sebab yang dibenarkan.
Keenam, mengacung senjata kepada sesama muslim
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Siapa yang mengacungkan senjata kepada
saudaranya sesama muslim maka para malaikat akan melaknatnya sampai dia
lepaskan. Meskipun yang menjadi sasaran adalah saudaranya sebapak atau seibu.” (HR.
Muslim 2616).
Islam melarang kita menakut-nakuti kaum muslimin yang lain,
meskipun hanya dengan mengacungkan senjata untuk main-main. Termasuk mereka
yang ngebut ketika naik kendaraan ke arah orang lain – seolah hendak
menabraknya – kemudian direm mendadak di depannya.
Ketujuh, menasabkan diri kepada selain orang tuanya
Dari Ali bin Abi Thalib, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Siapa yang mengaku keturunan seseorang yang
bukan bapaknya, maka dia mendapat laknat Allah, para malaikat, dan seluruh
manusia. Tidak diterima amal wajib dan sunahnya pada hari kiamat.” (HR.
Muslim 1370).
Karena itu, anak angkat tetap wajib dinasabkan kepada ayah
kandungnya. Kasus yang sulit adalah anak hasil zina. Dia terlahir tanpa ayah.
Karena itu, dia harus dinasabkan ke ibunya. Jika dia dibinkan ke ayahnya,
berarti mengaku keturunan orang yang bukan bapaknya.
Kedelapan, istri yang tidak mau melayani suami tanpa
udzur
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Apabila suami mengajak istrinya ke ranjang
(hubungan badan) dan dia menolak, kemudian suami marah kepadanya, maka para
malaikat akan melaknatnya sampai pagi.” (HR. Bukhari 3237 &
Muslim 1436).
Istri boleh menolak ajakan suami jika memiliki udzur,
seperti haid atau sakit.
Kesembilan, melindungi pelaku kriminal atau
perbuatan bid’ah.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Siapa yang melindungi muhdits maka untuknya
laknat Allah, para malaikat dan seluruh umat manusia.” (HR. Muslim
1371)
Ibnul Atsir menjelaskan, kata muhdits [arab: الـمحدث] memiliki
dua cara baca: muhdits dan muhdats. Jika dibaca muhdits artinya pelaku tindak
kriminal. Sehingga makna hadis, “Siapa yang melindungi pelaku tindak
kriminal maka untuknya laknat Allah…dst.”
Jika dibaca muhdats artinya perbuatan bid’ah, sehingga makna
hadis, “Siapa yang melindungi perbuatan bid’ah maka untuknya laknat
Allah…dst.” (An-Nihayah fi Gharib Al-Hadits, 1/907).
Kesepuluh, bertindak dzalim di kota Madinah
Rasulullah pernah berdoa, “Ya Allah, siapapun yang mendzalimi
penduduk Madinah atau menakuti mereka, maka jadikan dia takut. Untuknya laknat
Allah, para malaikat, dan seluruh manusia.” (HR. Thabrani dalam Mu’jam
Al-Kabir 6498 dan dinilai shahih dalam shahih Targhib no. 1214).
Semoga Allah melindungi kita dari setiap penyimpangan dan
dosa besar. Amiin
_________________________
Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits
Terima kasih telah membaca artikel tentang Mereka Yang Dilaknat Malaikat di blog TEGAK DI ATAS SUNNAH jika anda ingin menyebar-luaskan artikel ini dimohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silahkan bookmark halaman ini di web browser anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.