reaksi, demonstrasipun marak di berbagai daerah, mulai dari mahasiswa, buruh hingga aktivis dakwahpun turun ke jalan-jalan menolak kenaikan harga BBM.
[1] Keprihatinan Kita Bersama
Saudaraku, apabila kita cermati dengan pikiran yang jernih
dan hati yang lapang sesungguhnya kenaikan harga barang kebutuhan semacam ini
adalah sesuatu yang biasa terjadi -walaupun mungkin tidak menyenangkan- dalam
kehidupan kita. Kita tidak sedang berbicara dari sudut ekonomi ataupun politik;
akan tetapi kita hanya ingin mengemukakan sebuah realita yang sangat
memprihatinkan; sebuah realita yang telah dan sedang bergejolak serta merambah
kemana-mana.
Ya, boleh saja kita merasa prihatin dengan kenaikan harga
ini. Namun, yang lebih membuat hati kita sedih dan tersayat-sayat adalah
tatkala hal ini membuat sebagian orang kehilangan rasa malu dan
perikemanusiaannya dengan mencaci-maki pemimpin mereka lalu merusak
fasilitas-fasilitas umum ataupun aset milik orang lain yang sebenarnya dibangun
juga demi kemaslahatan dan kepentingan mereka. Apakah mereka telah kehilangan
hati nurani dan akal sehat?!
Saudaraku, demonstrasi bukanlah solusi! Belum pernahkah anda
menyaksikan kebiadaban demonstrasi? Apakah anda belum pernah mendengar seruan
untuk menghalalkan darah sesama manusia di tengah kerumunan massa demonstran?!
Adakah sebuah kejahatan kemanusiaan yang lebih besar daripada menghalalkan
tertumpahnya darah manusia tanpa alasan yang benar?!! Inilah fakta yang tidak bisa
dipungkiri akibat orasi membakar massa yang diteriakkan oleh segelintir orang
yang disebut-sebut sebagai kaum intelektual dan cendekia [?!]
Berpikirlah matang-matang sebelum bertindak! Apakah anda
pernah menimbang demonstrasi dengan akal sehat dan hati nurani
serta menyikapinya berdasarkan petunjuk agama? Wahai orang-orang
yang gemar meneriakkan penegakan syari’ah dan khilafah, pernahkah anda dapati
generasi terbaik umat ini membakar kemarahan massa dengan mengkritik kebijakan
penguasa di mimbar-mimbar dengan mengatasnamakan agama?! Inikah yang diajarkan
oleh ‘Umar bin Khaththab, ‘Utsman bin ‘Affan, dan ‘Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu’anhum kepada kita?!
Marilah bersama-sama kita renungkan barang sejenak… Bukankah
setiap orang punya kesalahan, tidak terkecuali anda dan kita semua! Apakah anda
suka dan bangga jika kesalahan dan dosa anda dibeberkan di hadapan massa dan
menjadi bahan pembicaraan segenap anggota keluarga, sahabat, sanak famili,
tetangga, atau bahkan para pemirsa di segenap penjuru Nusantara?! Oke, boleh
saja anda tidak setuju atau menolak pendapat orang. Akan tetapi ingatlah, harga
diri dan kehormatan sesama tetap harus dijaga. Apalagi sampai terjadi tindak
kekerasan!
[2] Demonstrasi Ditolak oleh Akal Sehat
Cobalah anda bayangkan..! Jika suatu ketika ayah anda
sendiri -yang telah merawat anda sejak kecil dan membiayai segala keperluan
anda sampai bisa menikmati bangku kuliah, bahkan dia tidak bisa tidur nyenyak
karena memikirkan anak dan istrinya- ternyata suatu ketika ayah anda itu
melakukan sebuah kekeliruan -kalau memang itu sebuah kekeliruan- yang
menyangkut kepentingan keluarga; anak dan istrinya, maka apakah layak seorang
anak seperti anda -yang kuliahnya mungkin juga tidak beres- kemudian
berkoar-koar di depan rumah atau di jalan-jalan -dengan membawa megaphone dan
spanduk keprihatinan- mengobral aib keluarga agar publik tahu dan media massa
pun meliputnya?! Seolah-olah dia berkata, “Biarlah seluruh dunia tahu apa yang
terjadi pada keluarga kita…!”. Laa haula wa laa quwwata illa billaah! Adakah
akal sehat manusia membolehkan perbuatan semacam ini?! Kalau terhadap seorang
kepala rumah tangga saja perbuatan semacam ini tidak layak dan tidak sopan,
maka bagaimanakah lagi jika yang dijelek-jelekkan di muka umum ini adalah
kepala sebuah negara?! Sadarlah, wahai para pemuda…!!
Sebagian orang mungkin akan mengira bahwa tulisan ini adalah
sebuah jilatan untuk penguasa. Oh, sama sekali tidak! Marilah bersama-sama kita
lihat bagaimana potret dan konsep gerakan massa dan demonstrasi yang
sesungguhnya! Agar anda tidak tertipu dan kecewa setelah semuanya terlambat…
Dalam bukunya Gerakan Massa, Eric Hoffer
berbicara tentang potret para pemimpin gerakan massa, “Bualan besar sampai
tingkatan tertentu mutlak diperlukan untuk kepemimpinan yang efektif. Gerakan
massa tidak mungkin ada tanpa putar balik kenyataan.” (lihat Gerakan Massa, hal. 115).
Padahal, pemutarbalikan kenyataan tentu saja sebuah tindakan yang tidak bisa
dibenarkan!
Mengenai dampak gerakan massa dan cara untuk menghentikannya
pun telah dijelaskan olehnya. Dia berkata, “Pikiran bahwa gerakan massa tidak
dapat dihentikan dengan kekerasan adalah tidak benar. Kekerasan dapat
menghentikan dan melumatkan gerakan massa sekuat apa pun. Tetapi untuk ini,
kekerasan itu harus dijalankan tanpa ampun dan tanpa henti.” (lihat Gerakan
Massa, hal. 109).
Kekacauan dan bahkan pertumpahan darah adalah sesuatu yang
dianggap wajar dalam sebuah gerakan massa. Eric Hoffer mengatakan, “Keadaan
kacau balau, pertumpahan darah, dan kehancuran yang berserakan di jalan-jalan
yang dilalui gerakan massa yang sedang menanjak, menimbulkan kesan pada kita
bahwa para pengkut gerakan massa tersebut memang kasar dan tidak mengenal tata
tertib hukum.” (lihat Gerakan Massa, hal. 116). Inilah yang telah terjadi
dimana-mana; pertumpahan darah akibat demonstrasi adalah kejahatan dalam
sejarah umat manusia yang harus dipertanggungjawabkan oleh para provokator dan
penggerak demonstrasi berdarah…
Dia juga mengatakan, “Barangkali lebih baik bagi suatu
negara, bila pemerintahannya mulai menunjukkan tanda-tanda tidak mampu lagi
menjalankan tugasnya, agar ditumbangkan saja oleh gerakan rakyat raksasa -meski
upaya menumbangkan ini meminta korban jiwa dan harta yang besar sekalipun-
daripada dibiarkan jatuh dan roboh dengan sendirinya.” (lihat Gerakan
Massa, hal. 164)
Demonstrasi membabi buta kerapkali disulut oleh perasaan
kecewa dan tidak puas akibat orasi-orasi dan hasutan para penggeraknya. Eric
Hoffer memaparkan, “Orang yang kecewa dan tidak puas menjadi pengikut seorang
pemimpin bukan karena ia yakin sang pemimpin sedang membawanya ke suatu dunia
impian, melainkan lebih karena ia merasa sang pemimpin tersebut sedang
menuntunnya menjauhi dirinya sendiri yang dibencinya. Bagi orang ini,
penyerahan diri kepada seorang pemimpin bukan merupakan suatu cara untuk
mencapai suatu tujuan melainkan cara untuk mencapai suatu kepuasan. Ke mana
sang pemimpin membawa dia, itu soal kedua.” (lihat Gerakan Massa, hal.
118)
Bukan sesuatu yang aneh jika gerakan massa dijalankan oleh
para pemalas yang sebenarnya kecewa terhadap diri mereka sendiri. Kemudian
mereka ingin mengobati kekecewaan itu dengan cara menyalahkan orang lain!
“Seruan dari gerakan massa untuk mengadakan aksi bersama menggetarkan hati
orang yang kecewa dan tidak puas. Bagi mereka ini, aksi bersama merupakan obat
bagi semua yang dideritanya. Aksi bersama membuat mereka lupa pada diri
sendiri, dan memberi mereka rasa mempunyai tujuan dan harga diri. Bahkan
tampaknya, rasa kecewa dan tidak puas itu timbul terutama karena orang tidak
dapat bertindak, dan orang yang paling merasa kecewa dan tidak puas ialah orang
yang memilki bakat dan kepribadian yang sesuai untuk suatu kehidupan penuh
kegiatan, tetapi terbenam dalam kehidupan yang bermalas-malasan.” (lihat Gerakan Massa, hal. 121)
Gerakan massa merebak berkat hasutan orang yang pandai
bersilat lidah dan mengidap kekecewaan terhadap penguasa. Walaupun, mereka
sendiri juga tidak mampu mengatasi masalah itu jika dipercaya untuk
menyelesaikannya! Eric Hoffer berkata, “Gerakan massa biasanya baru menanjak
bila kekuasaan yang ada sudah kehilangan nama. Nama yang memudar bukan akibat
kesalahan dan tindak sewenang-wenang mereka yang memegang tampuk kekuasaan, tetapi
akibat hasutan orang yang pandai bersilat lidah dan mengidap rasa kecewa.”
(lihat Gerakan Massa, hal. 131)
Para pembaca yang dirahmati Allah, inilah identitas
sesungguhnya dari gerakan massa dan demonstrasi yang dianggap oleh banyak
kalangan sebagai obat dan solusi bagi persoalan bangsa. Padahal, sesungguhnya
demonstrasi itu adalah bagian dari masalah itu sendiri!
[3] Demonstrasi Ditolak Oleh Syari’at
Tidakkah anda ingat kasus pembunuhan khalifah ‘Utsman bin
‘Affan radhiyallahu’anhu yang terjadi akibat demonstrasi yang didalangi oleh
kaum Khawarij?! Tidakkah anda ingat ‘unjuk rasa’ pertama kali yang dilakukan
oleh Dzul Khuwaishirah -sesepuh kaum Khawarij- di hadapan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan tuduhan perbuatan zalim yang dilemparkannya kepada
beliau?!
Tidakkah anda ingat bagaimana kemacetan yang timbul, roda
perekonomian yang terhenti, dan kerugian milyaran rupiah yang timbul akibat
demonstrasi buruh besar-besaran beberapa waktu yang lalu?! Tidakkah anda
melihat kerusuhan yang terjadi dan kerusakan yang timbul akibat demonstrasi
menolak kenaikan harga BBM yang baru saja terjadi di sebagian kota di tanah
air?!
Sungguh benar ucapan Sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu,
“Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, akan tetapi dia tidak
mendapatkannya.” Syaikhul Islam Ibnu Taimiyahrahimahullah berkata, “Sudah
seharusnya cara anda beramar ma’ruf adalah dengan cara yang ma’ruf, demikian
pula cara anda dalam melarang kemungkaran bukan berupa kemungkaran.” (lihat al-Amru
bil Ma’ruf wa an-Nahyu ‘anil Munkar, hal. 24)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menaatiku maka dia telah taat
kepada Allah. Dan barangsiapa yang mendurhakaiku maka dia telah durhaka kepada
Allah. Barangsiapa yang menaati amirku maka dia telah menaatiku. Dan
barangsiapa yang mendurhakai amirku maka dia telah durhaka kepadaku.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-Ahkam)
Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Di dalam hadits ini
terkandung kewajiban untuk taat kepada para penguasa -kaum muslimin- selama itu
bukan perintah untuk bermaksiat sebagaimana sudah diterangkan di depan di awal
Kitab al-Fitan. Hikmah yang tersimpan dalam perintah untuk taat kepada mereka
adalah untuk memelihara kesatuan kalimat (stabilitas masyarakat, pent) karena
terjadinya perpecahan akan menimbulkan kerusakan.” (Fath al-Bari [13/131] cet. Dar al-Hadits)
Dari ‘Iyadh bin bin Ghunm radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang ingin menasehati penguasa
maka janganlah dia menampak hal itu secara terang-terangan/di muka umum, akan
tetapi hendaknya dia memegang tangannya seraya menyendiri bersamanya -lalu
menasehatinya secara sembunyi-. Apabila dia menerima nasehatnya maka itulah
-yang diharapkan-, dan apabila dia tidak mau maka sesungguhnya dia telah
menunaikan kewajiban dirinya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Abi ‘Ashim dengan sanad sahih, lihat al-Ma’lum Min
Wajib al-’Alaqah baina al-Hakim wa al-Mahkum, hal. 23)
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Wajib atas setiap individu muslim untuk
selalu mendengar dan patuh -kepada penguasa- dalam apa yang dia sukai ataupun
yang tidak disukainya, kecuali apabila dia diperintahkan untuk melakukan
maksiat. Apabila dia diperintahkan untuk melakukan maksiat maka tidak boleh
mendengar dan tidak boleh patuh.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Tamim bin Aus ad-Dari radhiyallahu’anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama ini
adalah nasehat.” Beliau mengucapkannya tiga kali. Maka kami bertanya, “Untuk
siapa wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Untuk mengikhlaskan ibadah
kepada Allah ‘azza wa jalla, beriman kepada Kitab-Nya, taat kepada Rasul-Nya,
memberikan nasehat kepada para pemimpin kaum muslimin serta nasehat bagi
orang-orang biasa (rakyat) diantara mereka.” (HR. Muslim)
Imam Ibnu ash-Sholah rahimahullah berkata, “Nasehat
bagi para pemimpin kaum muslimin adalah dengan membantu mereka dalam kebenaran,
mentaati mereka di dalamnya, mengingatkan mereka terhadap kebenaran, memberikan
peringatan kepada mereka dengan lembut, menjauhi pemberontakan kepada mereka,
mendoakan taufik bagi mereka, dan mendorong orang lain (masyarakat) untuk juga
bersikap demikian.” (lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 103)
Imam an-Nawawi rahimahullah menerangkan,
“Nasehat bagi para pemimpin kaum muslimin adalah dengan membantu mereka dalam
kebenaran, mentaati mereka di dalamnya, memerintahkan mereka untuk menjalankan
kebenaran, memberikan peringatan dan nasehat kepada mereka dengan lemah lembut
dan halus, memberitahukan kepada mereka hal-hal yang mereka lalaikan,
menyampaikan kepada mereka hak-hak kaum muslimin yang belum tersampaikan kepada
mereka, tidak memberontak kepada mereka, dan menyatukan hati umat manusia
(rakyat) supaya tetap mematuhi mereka.” (lihat Syarh Muslim lil Imam an-Nawawi [2/117], lihat juga
penjelasan serupa oleh Imam Ibnu Daqiq al-’Ied rahimahullah dalam Syarh
al-Arba’in, hal. 33-34)
Sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma pernah
ditanya bagaimana cara beramar ma’ruf dan nahi mungkar kepada penguasa, maka
beliau menjawab, “Apabila kamu memang mampu melakukannya, cukuplah antara
kamu dengan dia saja.” (lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam,
hal. 105)
Dari Abu Wa’il Syaqiq bin Salamah, dia berkata: Ada orang
yang bertanya kepada Usamahradhiyallahu’anhu, “Mengapa kamu tidak bertemu
dengan ‘Utsman untuk berbicara (memberikan nasehat) kepadanya?”. Maka
beliau menjawab, “Apakah menurut kalian aku tidak berbicara kepadanya
kecuali harus aku perdengarkan kepada kalian? Demi Allah! Sungguh aku telah
berbicara empat mata antara aku dan dia saja. Karena aku tidak ingin menjadi
orang pertama yang membuka pintu timbulnya masalah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Inilah kiranya mungkin apa yang bisa kami sampaikan di sini.
Mudah-mudahan bermanfaat bagi segenap kaum muslimin di negeri ini. Kalaulah
kami dituduh sebagai penjilat penguasa, maka para ulama semacam Ibnu Hajar,
Ibnu ash-Sholah, an-Nawawi, Ibnu Daqiq al-’Ied, Ibnu Abbas dan Usamah bin Zaidradhiyallahu’anhum pun
tak akan lepas dari tuduhan mereka! Allahul musta’aan. Kepada Allah semata,
kami memohon pertolongan.
Lalu bagaimana sikap kita sebagai mukmin menyikapi kenaikan BBM ini?? simak disini
____________________________
Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Artikel Muslim.Or.Id
Artikel Muslim.Or.Id
Terima kasih telah membaca artikel tentang Kemudharatan Demonstrasi di blog TEGAK DI ATAS SUNNAH jika anda ingin menyebar-luaskan artikel ini dimohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silahkan bookmark halaman ini di web browser anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.