“Jadilah kamu di dunia ini seperti orang asing, atau orang yang sedang menempuh perjalanan”
[HR. Bukhori]
Pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat dalam maknanya, karena ketika mengamati kehidupan orang asing atau orang yang sedang merantau, maka kita akan dapat mengambil pelajaran, bagaimana seharusnya kita hidup di dunia ini?
Pertama : Orang yang merantau selalu memikirkan tentang bekal apa yang akan dia bawa manakala telah tiba saatnya pulang kampung.
Maka hendaknya dalam kehidupan inipun, kita harus selalu berpikir tentang bekal yang akan kita bawa ketika tiba saatnya kita pulang “kampung” akherat. Bahkan seharusnya lebih dari sekedar kita mempersiapkan bekal untuk pulang ke kampung halaman kita. Karena ketika kita telah tiba di “kampung” akherat, tidak ada waktu lagi bagi kita untuk mendapatkan “visa” baru untuk kembali ke dunia. Yang ada hanyalah perhitungan dan balasan sesuai “bekal” yang kita bawa.
Kedua : Orang yang merantau senantiasa menerapkan hidup hemat walaupun dia memiliki kemampuan lebih, sebab dia tahu betul, bahwa semua itu akan ditinggalkan, cepat atau lambat. Dia justru lebih bersemangat untuk mengirim “wesel” ke kampung halaman, tempat dia nanti menikmati hidup.
Demikianlah kita seharusnya dalam kehidupan ini, tidak terlena dengan kehidupan dunia dan bermewah-mewah, sebab pada akhirnya, hanya ada dua pilihan kita terhadap dunia; dia meninggalkan kita atau kita yang meningalkan dia.
Alangkah baiknya jika kemampuan dan kecukupan yang kita miliki ditabung, atau di infaqkan untuk jalan-jalan kebaikan, membangun masjid, pesantren, menolong orang susah, yang semua itu berguna sebagai bekal kita di akherat kelak.
Ketiga : Orang yang merantau biasanya lebih taat aturan, dibanding penduduk asli, sebab dia merasa bahwa perbuatan melanggar hukum-sekecil apapun-bagi seorang perantau, akan diangap berat. Bagaimana perasaan anda ketika ada pendatang di kampung anda berbuat kurang ajar..tentu anda jengkel melebihi jika yang melakukannya penduduk asli.
Maka hendaklah dalam kehidupan ini, kita menta’ati aturan sang penguasa; Allah ta’ala. Sebagaimana ta’atnya seorang perantau di negeri rantaunya. Jangan hanya dosa besar yang kita takuti, yang kecil sekalipun hendaknya kita hindari. Karena bumi ini milik Allah dan hidup kita ini adalah “musafir” di bumi Allah.
Itulah Saudaraku yang dirahmati Allah, kedalaman pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat indah, manakala dapat kita wujudkan dalam kehidupan di dunia ini. Nah mumpung kita masih dirantau, segeralah introspeksi, sesuaikanlah hidup kita dengan aturan-aturan Allah, perbanyaklah amal, sebelum “visa” tinggal kita berakhir….
***
Nasehat dari Hati ke Hati,hal.22,Abdullah Haidir
Terima kasih telah membaca artikel tentang Pelajaran Dari Negri Rantau di blog TEGAK DI ATAS SUNNAH jika anda ingin menyebar-luaskan artikel ini dimohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silahkan bookmark halaman ini di web browser anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.