seekor keledai di sebuah pasar. Selesai membeli, mereka kembali dengan membawa seekor keledai. Di tengah perjalanan, orang-orang yang melihat mereka saling berbisik, rupanya mereka mencemooh orang tua tersebut yang menunggang keledai sementara anaknya berjalan kaki menuntun keledai, “Tega-teganya anak sekecil itu disuruh jalan kaki”. Akhirnya sang orang tua menyuruh anaknya naik menunggangi keledai sementara dia berjalan kaki. Namun orang-orang yang melihat, juga mencemoohnya “dasar anak tak tahu diri, orang tua malah disuruh jalan kaki” begitu celoteh mereka.
Kali ini orang tua dan anaknya tersebut berjalan kaki menuntun keledai, namun tetap saja orang-orang mencemooh “buat apa beli keledai kalau tidak ditunggangi??”. Terakhir orang tua tersebut dan anaknya sama-sama menunggangi keledai tersebut, apa yang terjadi??? Ternyata itupun tetap mengundang komentar negatif “ dasar gak punya kepribinatangan, keledai kecil seperti itu dinaiki berdua..” weleh…weleh.
Nah saudaraku yang dirahmati Allah……
Pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah di atas adalah, jika perhatian kita dalam hidup ini hanya berpusat terhadap “apa kata orang?”, maka hidup kita akan sangat melelahkan dan tidak tenang. Sebab sekian banyak manusia yang kita temui, sangat beragam keinginannya, bahkan satu orang saja, bisa jadi memiliki pandangan beragam dan berubah-ubah.
Maka benarlah apa yang dikatakan orang bijak :
“Keridhoan semua manusia, adalah tujuan yang tidak akan tercapai”
Karena itu, saudaraku yang dimuliakan Allah, agar hidup kita lebih ringan dan mantap, maka hidup harus kita pusatkan terhadap “Apa kata Allah?”. Sebab Allah hanya satu, Dia Maha Esa, dan apa yang dia tetapkan, ingini dan senangi, tidak pernah berubah sejak dulu hingga sekarang, bahkan hingga akhir kiamat kelak. Baik dalam masalah keyakinan, ibadah maupun akhlak. Berbedakah tauhid yang Allah minta dari kita, dulu dan sekarang? Berbedakah shalat yang Allah tuntut kepada kita, dulu dan sekarang?, berbedakah standar pakaian, pergaulan, makanan dll yang Allah ridhoi, dulu dan sekarang???? Semuanya tidak ada berubah sejak dulu hingga sekarang, bahkan sampai kiamat kelak.
Bandingkan perbedaannya, orang yang hidup dengan standar yang berbeda-beda dengan orang yang hidup dengan pedoman yang mantap dan tidak berubah-ubah.
Lagi pula, jika kita hidup, semata-mata mencarri keridhoan Allah, maka dengan kemaha kuasaanya, Allah ta’ala akan menggiring manusia untuk ridho kepada kita. Jika sebaliknya, maka hasilnyapun akan terjadi sebaliknya. Sebagimana yang termaktub dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“ Siapa yang berusaha mendapatkan ridho Allah, sekalipun dengan resiko kemarahan manusia, maka Allah meridhoinya dan menjadikan manusia ridho kepadanya. Dan siapa berusaha mendapatkan ridho manusia dengan melakukan apa yang membuat Allah murka. Maka Allah akan murka kepadanya dan menjadikan manusia murka kepadanya” [Hr. Ibnu Hibban]
Maka wahai saudaraku, bukan berarti kita tidak peduli dengan lingkungan kita, tapi keridhoan Allah di atas segala-galanya, kita tidak mungkin bermaksiat kepadaNya hanya demi menyenangkan orang lain, atau segan kepada manusia. Adapun terhadap hal-hal yang mubah atau tidak wajib, tentu saja kita bisa menyesuaikan dengan lingkungan kita.Wallohua’lam.
***
Nasehat dari Hati ke Hati,hal.18, Abdullah Haidir
Terima kasih telah membaca artikel tentang Kata Orang atau Kata Allah????? di blog TEGAK DI ATAS SUNNAH jika anda ingin menyebar-luaskan artikel ini dimohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silahkan bookmark halaman ini di web browser anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.